Gambar tersebut diambil di daerah kalibata yang isinya
menolak beroperasinya GoJek maupun Grab-Bike. Fenomena tersebut telah banyak
bermunculan dimasyarakat, yang terang-terangan menolak seperti gambar diatas
maupun yang menghadang serta mengancam pengemudi GoJek/Grab-Bike yang melewati
pangkalan ojek daerah tertentu.
Banyak kelebihan maupun kekurangan dengan adanya
Gojek/Grab-Bike tersebut. Ada yang membela pengemudi ojek pangkalan karena
pendapatan mereka menurun, ada juga yang memuji inovasi yang ditawarkan oleh
GoJek/Grab-Bike untuk membantu memecahkan masalah kemacetan Jakarta serta
memenuhi kebutuhan pelanggan yang perlu cepat sampai di tujuan. Kang Abas sudah
mencoba menganalisa dan melakukan rekayasa sosial untuk melihat keunggulan dan
keefektifan GoJek dalam memberikan layanan terbaik kepada pelanggannya dalam
blognya. Memberikan layanan dan keuntungan, baik ke pelanggan maupun
pengemudinya, merupakan keunggulan yang ditawarkan oleh GoJek.
GoJek/Grab-Bike merupakan salah satu usaha dari perorangan
yang melihat adanya peluang bisnis dibalik kesemerawutan lalu lintas kota
besar. Masalah kesemerawutan lalu lintas memang bukan hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah untuk mengurai kemacetan, namun menjadi tanggung jawab semua
orang. Pemerintah telah mencoba berbagai cara untuk mengatasi permasalahan ini,
semisal dengan penambahan ruas jalan tol dalam kota, menyediakan transportasi
massal, hingga membangun jalan layang/terowongan untuk menghindari penumpukan
di persimpangan jalan.
Berikut ini akan kita bahas sedikit mengenai upaya-upaya apa
saja yang telah atau sedang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurai kemacetan
di kota besar, terutama kota Jakarta.
a)
Penambahan ruas jalan tol dalam kota
Pada pertengahan 2014, Pemprov DKI Jakarta
telah menyiapkan dana sebesar Rp 3 Triliun untuk pembebasan lahan untuk
membangun 6 ruas tol dalam kota yang berada diatas jalan existing. Untuk pembangunan sendiri, akan dimulai 2015 dan akan selesai pada 2017
dengan nilai investasi sebesar Rp 40 Triliun sepanjang 69,77 kilometer. Banyak
pihak yang pro dan kontra terhadap kebijakan ini, yang pro menganggap kebijakan
ini dapat menambah akses jalan dan mengurai kemacetan dititik-titik padat di
Jakarta. Bagi yang kontra, penambahan jalan tidak akan memberikan dampak positif
apapun karena dikhawatirkan akan semakin menambah kepemilikan mobil pribadi
yang akan membuat kemacetan semakin parah. [Sumber : Kompas.com]
b)
Pembuatan jalan layang/terowongan
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta,
Yusmada Faizal, mengatakan saat ini tahap awal tiga proyek pembangunan jalan
sudah diselesaikan oleh Pemprov DKI. Ketiga proyek itu adalah jalan layang
Ciledug-Blok M-Tendean, jembatan layang Kuningan selatan dan Permata Hijau [Sumber
: cnnindonesia.com]. Pembangunan ini dapat mengurai kemacetan nantinya, hanya saja dalam proses
pembangunannya, kemacetan disekitar proyek pembangunan semakin parah dan membuat
kendaraan hanya melaju 10 km/jam seperti yang terjadi di ciledug [Sumber :
tempo.com]
c)
Mass Rapid Transport
Transjakarta umumnya disebut Busway adalah
sebuah sistem transportasi Bus Rapid Transit (BRT) pertama di Asia Tenggara dan
Selatan, yang beroperasi sejak tahun 2004 di Jakarta, Indonesia. Sistem ini
didesain berdasarkan sistem TransMilenio yang sukses di Bogota, Kolombia.
Transjakarta dirancang sebagai moda transportasi massal pendukung aktivitas
ibukota yang sangat padat. Transjakarta merupakan sistem BRT dengan jalur
lintasan terpanjang di dunia (208 km), serta memiliki 228 halte yang tersebar
dalam 12 koridor (jalur), yang awalnya beroperasi dari 05.00 - 22.00 WIB, dan
kini beroperasi 24 jam. Transjakarta dioperasikan oleh PT Transportasi Jakarta.
Jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam operasional Transjakarta (Pramudi,
petugas bus, petugas halte, dan petugas kebersihan) sekitar 6.000 orang. Jumlah
rata-rata harian pengguna Transjakarta diprediksikan sekitar 350.000 orang.
Sedangkan pada tahun 2012, Jumlah pengguna Transjakarta mencapai 109.983.609
orang [Sumber : Wikipedia].
Transjakarta merupakan salah satu Mass Rapid Transport yang dibuat oleh Pemprov
DKI Jakarta selain pembangunan monorail, peningkatan pelayanan Commuter Line,
hingga pembuatan waterway yang mulai terbengkalai. Monorail yang rencananya
sepanjang 29 km dengan dua jalur, statusnya masih belum jelas dikarenakan
ketidakjelasan kontrak, masalah pembangunan depo, hingga ketidaktersediaannya
dana pembangunan.
d)
Perbaikan fasilitas umum
Untuk memikat masyarakat untuk menggunakan
angkutan umum, Pemprov DKI tidak hanya menyediakan berbagai pilihan jenis
angkutan, namun juga terus menerus meningkatkan layanan dan kenyamanan
fasilitas pendukung. Pembelian bus transjakarta baru, meluncurkan APTB untuk
menjangkau tidak hanya masyarakat dalam kota namun juga dari kota-kota satelit
sekitar jakarta, meluncurkan program angkutan malam hari (amari) dan angkutan
dini hari (andini) di 7 koridor busway, penjadwalan armada Transjakarta maupun
KRL Commuter Line, hingga perenovasian stasiun untuk dapat menampung penumpang
lebih banyak seperti yang terjadi di stasiun Palmerah. Saat ini penumpang yang
keluar-masuk Stasiun Palmerah mencapai 14.000 orang per hari. Stasiun Palmerah
baru selesai direnovasi. Dilengkapi dengan lift dan jembatan penyeberangan,
Stasiun Palmerah naik status menjadi stasiun besar. Desainnya juga megah dengan
kanopi setengah lingkaran yang merungkup stasiun. Dengan naiknya status stasiun
tersebut, penumpang ditargetkan naik 50.000 orang per hari. [Sumber : Tempo.com]
Saat
ini, masih banyak program Pemprov DKI yang masih berjalan untuk meningkatkan
pelayanan dan kenyamanan angkutan umum di DKI Jakarta. Dengan berpindahnya
pengguna angkutan pribadi menggunakan angkutan umum, diharapkan kemacetan akan
terurai. Dengan melihat peluang kemacetan yang semakin parah dan
ketidaksabarannya pengguna jalan raya inilah yang dilirik pendiri
GoJek/Grab-Bike dengan memanfaatkan teknologi informasi yang tidak hanya
mengedepankan kecepatan sampai di tujuan namun juga kemudahan dalam pemesanan
dan pembayaran.
Inovasi
teknologi informasi yang digunakan oleh GoJek/Grab-Bike sebenarnya sangat bagus
sekali diterapkan dalam konteks transportasi. Ketua Dewan Transportasi Kota
Jakarta Ellen Tangkudung mengatakan, teknologi informasi di bidang transportasi
ini sangat membantu pengguna, terlebih di kota besar memiliki jaringan
infrastruktur teknologi informasi lebih baik. Penggunaan aplikasi untuk
angkutan umum harus didorong agar bisa mengintegrasikan seluruh moda
transportasi. Jangan sampai pemangku kebijakan terlena dengan keberadaan
aplikasi saat ini dan tidak mengembangkan aplikasi untuk tujuan yang lebih
luas. Bila aplikasi bisa diterapkan masif, pengguna angkutan umum bisa lebih
banyak. [Sumber : Kompas, 7 Juli 2015, hal 27].
Masalah
kemacetan merupakan masalah rumit di setiap kota besar. Namun, tidak hanya
menjadi tanggung jawab pemerintah saja untuk memecahkan masalah ini. Kita
sebagai pengguna jalan raya pun harus ikut berkontribusi, dengan cara bersabar
dan mendukung program-program pemerintah yang bertujuan untuk memecahkan masalah
kemacetan ini.
No comments:
Post a Comment